(0362) 21745
kubutambahan@bulelengkab.go.id
Kecamatan Kubutambahan

Inovasi Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana

Admin kubutambahan | 16 Maret 2016 | 1043 kali

JALAN lintas desa yang menghubungkan Desa Selat, Tegallinggah, hingga Wanagiri di Kecamatan Sukasada, Buleleng, pun kini mulus. Pada 2012 jalan itu nyaris tidak bisa dilalui. Bahkan, dengan motor trail sekalipun. Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana pernah terjatuh ketika mengendarai motor di jalan tersebut.

Pada 2014 jalan sepanjang 8 kilometer itu digelontor dana besar, Rp 4,03 miliar. Hasilnya, jalan kini diaspal dengan hotmix. Jangankan sepeda motor, kendaraan niaga sekelas truk engkel bisa melintasi jalan itu.

Infrastruktur menjadi titik utama perhatian Agus sejak dilantik pada 27 Agustus 2012 bersama Wakil Bupati Buleleng Nyoman Sutjidra. Berangkat dari latar belakang seorang pengusaha, Agus paham betul bahwa infrastruktur sangat dibutuhkan bagi perekonomian Buleleng.

Tak lama setelah dilantik, duet Agus-Sutjidra melontarkan program penuntasan jalan milik kabupaten. Seluruhnya harus diaspal dengan kualitas hotmix. Sebuah program yang prestisius karena saat itu ada 228,385 kilometer jalan yang rusak. Total panjang jalan kabupaten 878,192 kilometer.

Butuh dana ratusan miliar untuk meningkatkan kualitas jalan menjadi aspal hotmix. Padahal, kemampuan APBD Buleleng ketika itu sangat terbatas. ’’Saya bertekad itu harus terealisasi, apa pun risikonya. Semua saya hitung, ada efisiensi program, dan ternyata terealisasi. Tahun ini tinggal 32 kilometer yang harus kami perbaiki,” kata Agus, Selasa lalu (3/3).

Jalan, menurut Agus, sangat penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat. Sebelum mengemban amanat sebagai seorang kepala daerah, Agus melihat kondisi riil di masyarakat ketika dipercaya sebagai anggota DPRD Bali.

Saat menjadi anggota DPRD, dia melihat banyak masyarakat pedesaan yang sulit menjual hasil panen kebunnya karena tidak memiliki akses infrastruktur yang baik. Jalan yang rusak hingga mengelupas membuat biaya angkut hasil panen membengkak dan menekan keuntungan petani.

Petani tidak memiliki akses yang baik ke pasar tradisional. Ironisnya, petani di beberapa desa yang tinggal dekat dengan perbatasan kabupaten memilih menjualnya ke kabupaten lain. Alasannya sederhana, jalan menuju ibu kota kecamatan rusak, di samping jarak menuju ibu kota kabupaten yang jauh, hingga puluhan kilometer.

Program infrastruktur itu berbuah manis. Pertumbuhan ekonomi kabupaten terus merangkak naik dan kini ada di atas Bali. Pada 2011 pertumbuhan ekonomi di Buleleng 6,11 persen, di bawah Bali yang saat itu 6,49 persen. Terakhir, pada 2013, pertumbuhan ekonomi Buleleng 6,71 persen, di atas Bali yang mencapai 6,05 persen.

Petani-petani kini tidak perlu lagi mengeluarkan dana besar untuk biaya angkut hasil panen ke ibu kota kecamatan. Petani-petani pun didorong menjual hasil panen mereka ke pasar-pasar tradisional terbesar di masing-masing kecamatan sehingga perputaran uang di dalam kabupaten semakin besar. (eps/pit/c7/tom)

 

http://www2.jawapos.com/baca/artikel/14103/inovasi-bupati-buleleng-putu-agus-suradnyana

Download disini