http://www.koranbuleleng.com/
Singaraja, koranbuleleng.com| Perbekel Desa Bukti, Made Wardana sudah terbang ke Negara Kamboja. Keberangkatan atlet Kempo Buleleng ini merupakan perwakilan Indonesia dalam ujian kenaikan tingkat se-ASEAN untuk membidik sabuk hitan DAN IV serta mengikuti program study season untuk penataran pelatih yang digelar di Negara itu, 30 Januari – 4 Februari 2018.
Bagi, Wardana ini kesempatan emas baginya sebagai atlet kempo. Sebuah kehormatan bisa ditunjuk langsung oleh PB Perkemi Pusat untuk melaksanakan ujian kenaikan tingkat ini. Selain itu, program study season itu juga sangat berharga baginya karena didalamnya ada materi penyamaan gerak bela diri Kempo. Di Bali, Wardana tidak sendirian mengikuti agenda ini, namun juga ada atlet lainnya, Arief Gunawan yang juga dari Buleleng.
“Bagi saya ini menjadi pemacu semangat hidup, prestasi iya juga, tetapi lebih dari itu agar apa yang kita lakukan ini bisa menjadi teladan positif juga bagi atlet-atlet Kempo yang lebih muda dari saya.” ujar Wardana sebelum berangkat ke Negara Kamboja, Sabtu 27 Januari 2018.
Bagi banyak orang, Kempo adalah olahraga yang keras, main hantam, main tendang hingga tersungkur jatuh tak berdaya. Tetapi Bagi Wardana dibalik kerasnya olahraga ini justru ada nilai-nilai kelembutan. Itulah yang membuatnya jatuh hati terhadap Kempo dan mendalami hingga kini.
Keras dan lembut adalah dua jalur yang berbeda dalam kehidupan, namun itu harus dijalani. Namun baginya, dua sisi berbeda itu adalah inti dalam beladiri kempo.
Sebelum mendalami Kempo, Wardana juga sempat menjalani olahraga beladiri Pencak Silat dan Tinju. Pada tahun 1974, dia mulai menekuni Kempo.
Bagi Wardana, belajar beladiri bukan untuk pintar berkelahi tetapi justru untuk lebih mawas diri dan bisa membela diri pada saat tertentu.
“Yen care jani nyen sube ke gertak (jaman sekarang siapa yang digertak), sudah pada cerdas semua. Bela diri ini untuk mawas diri, memacu semangat hidup. Saya pergi ke Kamboja ya untuk itu saja, maka saya siap diri untuk berangkat,” tambahnya.
Selama hampir tiga bulan, Wardana menyiapkan diri untuk mengikuti ujian kenaikan tingkat ini. Wardana melakukan latihan seminggu sebanyak tiga kali selama persiapannya itu. Besok, Selasa 30 Januari 2018, dia sudah memulai ujian dan penataran pelatih untuk penyamaan persepsi gerak beladiri Kempo.
“Saya mohon doanya lah, supaya semua lancar,” katanya. Wardana bercerita, jauh sebelumnya dia juga memang pernah dipanggil PB Perkemi Pusat untuk mengikuti ujian kenaikan tingkat ini, namun dua kali gagal karena kesalahan administrasi semata. Saat ini, adalah kesempatan ketiga yang berhasil dijalaninya.
Di Buleleng, Wardana merupakan pelatih (sensei) Pengcab Kempo Kabupaten Buleleng. Dia pemegang sabuk hitam DAN III sejak tahun 2003 lalu.
Sosok Wardana bukan hanya dikenal dikalangan atlet kempo semata, namun juga familiar dalam level pergaulan manapun. Sosoknya yang humble serta murah senyum dan selalu ingat menyapa teman bila bertemu dalam kondisi apapun, itu membuatnya dia dikenal oleh banyak orang.
Namun dibalik itu, Wardana juga pernah menjalani kehidupan yang cukup keras di masa lalunya. Masa mudanya pernah dihabiskan bekerja di terminal Banyuasri. Itu terjadi di era tahun 1980-an, dengan kehidupan yang sangat keras.
“Dulu, sewaktu muda, kalau sudah ditantang ya saya ladeni, karena tuntutan pekerjaan. Kalau sekarang mikir-mikirlah untuk itu,“ katanya sambil tertawa. Karena keberanianya itu, Wardana sangat disegani oleh siapapun seperti sopir angkutan bahkan preman kala itu.
Namun seiring dirinya telah menjabat sebagai Perbekel, secara pelahan dunia keras itu hilang dari kehidupannya. Ditambah lagi, situasi saat ini juga semakin aman dan damai. Tidak ada masyarakat yang mau bikin onar karena semua lapisan masyarakat sudah memahami aturan hukum.
Suami dari Putu Wiwik Pastiningsih ini kini lebih banyak mengabdikan diri untuk kemajuan desanya di Desa Bukti, sebagai Perbekel Desa Bukti. Jabatan perbekel ini sudah diemban untuk kedua kalinya. |Pewarta : Putu Nova A.Putra|