Stunting merupakan kondisi medis yang ditandai oleh pertumbuhan fisik yang terhambat pada anak di bawah lima tahun, biasanya sebagai hasil dari malnutrisi kronis selama masa kritis pertumbuhan dan perkembangan. Dalam kata-kata Lawaceng dan Rahayu (2020), "Stunting merupakan permasalahan kesehatan yang menjadi prioritas untuk menciptakan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas." Masalah ini bukan hanya relevan di Indonesia, tetapi merupakan isu kesehatan global yang mempengaruhi balita di seluruh dunia (Mutingah & Rokhaidah, 2021).
Dampak dari stunting lebih dari sekedar pertumbuhan fisik. Ini juga berdampak signifikan terhadap perkembangan kognitif dan emosional anak, yang berpengaruh pada kemampuan belajar mereka di masa mendatang. Akibatnya, stunting dapat menimbulkan hambatan serius pada prospek hidup anak-anak yang terkena dampaknya, serta potensi pertumbuhan ekonomi dan sosial suatu negara.
Mutingah dan Rokhaidah (2021) mencatat, "Stunting merupakan masalah kekurangan gizi yang masih dialami balita di seluruh dunia, termasuk Indonesia." Ini menunjukkan bahwa masalah ini bukan hanya terbatas pada satu wilayah atau kelompok masyarakat, tetapi merupakan tantangan kesehatan global yang mempengaruhi balita di berbagai negara dan latar belakang sosioekonomi.
Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, prevalensi balita stunting di Indonesia mencapai 21,6% pada 2022. Angka ini turun 2,8 poin dari tahun sebelumnya. Namun untuk terus menurunkan angka stunting yang terjadi di Indonesia ke depannya harus didukung dan disadari penuh oleh seluruh masyarakat Indonesia.
Pencegahan stunting membutuhkan pemahaman yang mendalam dan intervensi terhadap berbagai faktor penyebab. Lawaceng dan Rahayu (2020) menegaskan bahwa "Kunci kesuksesan pencegahan stunting adalah pemantauan gizi dan pengukuran berat badan bayi dan balita yang dilakukan kader masyarakat di posyandu." Ini berarti bahwa solusi terhadap stunting melibatkan upaya koordinasi dan kolaborasi antara keluarga, masyarakat, dan sistem kesehatan.
Peran ibu dalam keluarga sangatlah krusial, khususnya dalam konteks kesehatan dan gizi anak. Ibu adalah orang pertama yang membentuk interaksi gizi anak, mulai dari saat hamil, saat menyusui, hingga anak mulai makan makanan padat. Kesehatan dan gizi anak sangat bergantung pada pengetahuan dan keahlian ibu dalam memilih dan mempersiapkan makanan, serta kemampuannya untuk memanfaatkan sumber daya yang tersedia.
Pengetahuan dan sikap ibu berperan penting dalam perilaku pencegahan stunting. Menurut Mutingah dan Rokhaidah (2021), "Dalam menurunkan prevalensi stunting diperlukan perilaku pencegahan, yang dapat dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap seseorang." Ibu dengan pengetahuan yang baik tentang gizi dan kesehatan cenderung memiliki sikap proaktif dalam mencegah stunting, seperti memantau pertumbuhan dan perkembangan anak, memastikan anak mendapatkan makanan yang seimbang dan bergizi, serta membawa anak ke posyandu atau fasilitas kesehatan untuk mendapatkan vaksin dan layanan kesehatan lainnya.
Namun, pengetahuan dan sikap ini tidak cukup tanpa adanya motivasi yang kuat dari ibu. Ibu yang termotivasi akan berusaha keras untuk menerapkan pengetahuan dan sikap ini dalam praktik sehari-hari, meskipun mungkin menghadapi tantangan seperti keterbatasan sumber daya atau hambatan lingkungan. Motivasi ibu, yang diarahkan oleh cinta dan keinginan mereka untuk melihat anak-anak mereka tumbuh dan berkembang dengan sehat, menjadi kunci dalam pencegahan stunting. Dengan demikian, peran ibu dalam mencegah stunting bukan hanya sebagai pemberi makan, tetapi juga sebagai pendidik, pelindung, dan penggerak utama dalam pencegahan stunting. Mereka adalah ujung tombak dalam upaya mencegah stunting dan meningkatkan kualitas hidup anak-anak.
Motivasi ibu merupakan elemen penting dalam upaya pencegahan stunting. Ini dikarenakan motivasi berperan sebagai pendorong ibu untuk menerapkan pengetahuan dan sikap yang baik terkait kesehatan dan gizi anak. Seorang ibu yang termotivasi akan memastikan anaknya mendapatkan asupan gizi yang tepat, imunisasi yang lengkap, dan tumbuh kembang yang baik sesuai standar usianya.
Meningkatkan motivasi ibu dalam mencegah stunting membutuhkan dukungan dan kerja sama dari berbagai pihak, termasuk masyarakat, pemerintah, dan sektor kesehatan.
Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan:
1. Edukasi: Penyuluhan dan edukasi kepada ibu tentang pentingnya gizi dan kesehatan anak, serta cara-cara efektif untuk mencegah stunting, sangat penting. Edukasi ini dapat dilakukan melalui berbagai media, seperti pertemuan kelompok, konseling individu, dan media online.
Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Peran Motivasi Ibu dalam Pencegahan Stunting pada Balita", Klik untuk baca:
https://www.kompasiana.com/fadiadara5503/648bfb6f4addee7a51057b32/peran-motivasi-ibu-dalam-pencegahan-stunting-pada-balita
Kreator: Fadia Dara
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.