Melawan Hoaks di Tahun Politik 2024
Admin kubutambahan | 05 September 2023 | 387 kali
Peta Pemilu 2024, sejatinya ada
dalam genggaman Anda. Dalam genggaman, ruang gerak politik menuju Pemilu 2024
mudah dan cepat dipantau. Ketika semuanya dalam genggaman, kita dituntut untuk
melek, bijak, dan kritis menyikapinya.
Tahun politik 2024 seharusnya
menjadi tahun momentum bagi Indonesia. Tahun momentum adalah summary dari
seluruh periode kepemimpinan dan transisi kepemimpinan. Saat ini Tahun Politik
2024 menjadi ramai diperbincangkan karena peran media sosial sebagai
infrastruktur kampanye modern disinyalir mampu mengendalikan sebagian dari
strartegi politik 2024. Peran media sosial bahkan sejajar dengan akselerasi
jumlah data pemilih Generasi Millenial pada Pemilu 2024. Besarnya sumbangan
partisipasi Generasi Millenial pada kontestasi Pilpres 2024 nanti, dengan
demikian memberi warna tersendiri pada peta perpolitikan Tanah Air. Masuknya
Generasi Millenial juga dilihat mampu membentuk pola komunikasi politik media
sosial menjadi lebih cair. Antisipasi hoax dan berita palsu (fake news) pun
tidak bisa dihindari. Inilah tantangan politik pada Pemilu 2024 yang harus
dihadapi semua societas Indonesia 2024 mendatang.
Pada hari ini, Kamis (24/8/2023),
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU)
mengadakan satu sesi Seminar Nasional bertajuk "Melawan Hoax di Tahun
Politik 2024." Diskusi ini dihadiri beberapa pembicara utama, antara lain
Usman Kansong (Dirjen IKP Kominfo), H. Zahir (Bupati Batubara), Hatta Ridho
(Dekan FISIP USU), Dedi Sahputra (Praktisi Media), dan H. Sakhyan Asmara (Ketua
STIK-P Medan). Peserta yang hadir dalam diskusi ini adalah alumni FISIP USU dan
mahasiswa aktif FISIP USU.
Menurut Usman Kansong, realita
maneuver politik di media sosial sangatlah berpengaruh. Dalam beberapa survei,
indeks demokrasi mengalami kemunduran pasca meningkatnya aksi serangan berbasis
hoax dan fake news di media sosial. Di Amerika Serikat, Donald Trump pernah
menggunakan sentimen politik tertentu untuk menaklukkandidat lain secara
daring. Strategi ini bahkan mampu membawa Trump maju dengan mulus menuju kursi
Gedung Putih. Di Indonesia, politik berbasis kampanye hoax dan fake news di
media sosial juga seringkali terjadi menjelang tahun-tahun politik. Menuju Pemilu
2024, eskalasi berita bohong dan hoax bahkan susah dibendung, meski beragam
operasi siber rutin dilakukan.
"Menariknya, menjelang pesta
demokrasi (Pemilu), eskalasi hoax semakin meningkat. Ini suatu petanda bahwa
ruang digital punya kontribusi besar dalam kontestasi politik" kata Usman
di Aula Serbaguna FISIP, Kamis (24/8/2023).
Selain Usman, narasumber lain
Dedi Sahputra menilai bahwa konten-konten di media sosial harus didalami secara
bijak. Menurut Dedi, literasi media sosial menuju peta politik 2024 harus
memberi ruang yang kondusif bagi setiap masyarakat. Peran influencer dan elite
politik menjadi poin penting yang harus diterapkan secara terus-menerus. Jika
literasi digital dilakukan secara terus-menerus, ruang politik digital juga
akan semakin kondusif untuk didiami. Pernyataan Dedi juga didukung oleh Ketua
STIK-P Medan H. Sakhyan Asmara. Sakhyan menilai Tahun Politik 2024 harusnya
menjadi momen di mana Generasi Millenial menjadi penentu dinamika politik.
Ruang digital pada Pemilu 2024 harus menjadi ruang edukasi informal yang kritis
bagi para pemilih Millenial dan Generasi Z. Merekalah yang menguasai jumlah
suara pada Pemilu 2024 mendatang.
Menuju peta politik 2024,
partisipasi masyarakat menjadi penting untuk diberi ruang. Dengan adanya media
sosial, publik diharapkan untuk semakin kritis dan bijak dalam mencerna beragam
konten yang berseliweran di jagat digital. Edukasi politik di media sosial ini
menjadi penting agar publik tidak mudah jatuh ke dalam perangkap hoax dan fake
news. Kualitas demokrasi yang harus dibangun sejatinya perlu mengarah pada
demokrasi yang visioner-futuris. Artinya, kultur demokrasi yang dibangun di era
kemajuan teknologi ini perlu kekuatan ekstra, yakni daya kritis dan pola
pemikiran yang bijak. Dalam koridor ini pun, aspek edukasi literasi bermedia
pun menjadi penting untuk dikampanyekan. Menurut Usman, Kemenkominfo akan terus
memantau, mengawasi, dan memberi sanksi pada akun-akun yang getol menyebarkan
hoax dan fake news.
Sistem patroli siber Kemenkominfo
di tahun politik ini tentunya menyasar konten-konten yang membuat kampanye
secara daring. Ada tiga kampanye politik daring yang akan dicermaati secara
mendalam, antara lain kampanye positif (positive campaign), kampanye negatif
(negative campaign), dan kampanye hitam (black campaign). Saat ini tim patroli
siber Kemenkominfo tengah menelusuri berbagai bentuk black campaign. Tugas
Kemenkominfo adalah men-take down konten-konten yang bermuatan kampanye hitam
-- memfitnah, sebar hoax, dan konten-konten yang tidak memiliki data yang
valid. Kebijakan potroli siber juga tidak dilakukan secara serampangan. Untuk
mengedepankan aspek kebebasan beropini (demokrasi), Kemenkominfo harus
benar-benar berhati-hati dalam menentukan konten mana yang terindikasi black
campaign.
Demi menata ruang digital yang
lebih kritis dan kondusif menjelang Pemilu 2024, penting bagi Kemenkominfo,
Pemerintah, elite politik, dan kampus memberikan edukasi politik. Tahun politik
2024 memang akan menyasar kaum millennial sebagai pemilih dengan jumlah
terbanyak. Untuk itu, literasi digital terkait edukasi politik yang bijak dan
kritis harus dimulai dari Generasi Millenial. Selain Generasi Millenial,
masyarakat yang rentan terhadap hoax dan fake news, juga perlu mendapatkan
edukasi secara terus-menerus. Ruang digital harus lebih banyak diisi dengan
konten-konten yang berbobot dan kaya nilai pedagogi. Dengan mekanisme literasi
digital yang bijak dan kritis ini, masyarakat diharapkan mampu terlibat aktif
dan tidak mudah terprovokasi konten hoax dan fake news.
Konten ini telah tayang di
Kompasiana.com dengan judul "Melawan Hoaks di Tahun Politik 2024",
Klik untuk baca:
https://www.kompasiana.com/kristiantonaku7768/64e709ec18333e73952e01c2/melawan-hoax-di-tahun-politik-2024
Kreator: Kristianto Naku
Kompasiana adalah platform blog.
Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi
Kompas.
Tulis opini Anda seputar isu
terkini di Kompasiana.com