(0362) 21745
kubutambahan@bulelengkab.go.id
Kecamatan Kubutambahan

Sejarah Desa Kubutambahan

Admin kubutambahan | 29 Maret 2013 | 4417 kali

Sejarah Desa

      Pada umumnya nama suatu Desa,Banjar,Subak dan tempat-tempat lainnya mempunyai latar belakang sejarah tersendiri.Ada beberapa alternative yang dipakai dalam pemberian nama tersebut antara lain :

  1. Keadaan alam
  2. Mata Pencahaian
  3. Daerah,Desa,Banjar,atau Dusun asal mereka
  4. Nama-nama orang yang dianggap berjasa dalam mennentukan daerah tersebut

Desa,banjar yang tergolong kuno sebagian besar lagi diantaranya hanya di ketahui melalui cerita-cerita rakyat yang turun menurun (legenda) dari leluhur mereka,dan sebagian lagi memang terbukti secara tertulis dalam babad pemancangan,prasasti dan lain-lain. Untuk yang bersifat legenda sering kali menimbulkan banyak versi dalam pengungkapan masalah dalam pengungkapan sejarah dari daerah tersebut.Sama halnya dengan Desa Kubutambahan,sumbersejarah belum dapat diungkapkan karena suatu hal sangat pinsip warga Desa Kubutambahan tidak berani untuk membaca maupun membacamenyalin prasasti tesebut .Dan juga karena prasasti tersebut hanya dapat diambil jika telah mendapat ijin ( wahyu ) dari tempat penyimpanan  (wahyu) dari tempat penyimpannannya tidak menentu oleh Ida Sanghyang Widhi Wasa.Untuk itu pada kesempatan ini kami memaparkan hasil cerita dan piteket para leluhur warga Desa Kubutambahan yang antara lain sebagai berikut :

Bahwa dahulu kala letak Desa Kubutambahan berada di sebelah timur dari letaknya yang sekarang dan berada di pinggir pantai dan bernama desa (Kerajaan) Besi MAjajar,yang pusat pemerintahannya disekitar Pura Pulo Kerta Negara Loka sekarang, di daerah pantai yang bernama Kutabanding yang kini di huni oleh para karma pura tersebut ada yang bernama Ratu Gede Subandar  (mungkin berasal dari Syah Bandar ) dan Ida Batara Solo.

Adapun penguasaannya pada waktu itu bergelar Ida Ratu Hyang Ing Hyang ( yang berate Raja) dan kuno mempunyai wilayah sebanyak18 bale agungdari sebelah timur yaitu Desa Tianyar dan sebelah baat Desa Desa Pemuteran,ini terbukti pada waktu jaman sebelum kemerdekaan,Ida Batara Hyang Ing Hyang jika mepeningan sampai pelabuhan aji dan Desa Kubutambahan bernama sama dengan salahsatu Pura di Desa Patemon yaitu Pura Ratu Gede Patih dimana pada wktu itu pura tersebut menyelengarakan Upacara besar masih mengadakan Upacara tata karma adat yaitu Kuntab (hadir) Nama Besi Mejajar untuk  Desa Kubutambahan konon beberapa Pura yang ada di Desa Kubutambahan dan beberapa Pura  yang ada di Kubutambahan (terbukti samai saat ini) terletak berjejer sepanjang pantai Desa Kubutambahan  dan beberapa purayang mengitari Desa kubutambahan searah delapan penjuru mata angin,dari deretan Pura-pura tersebut merupakan suatu jajaran yang persis benteng yang juga merupakan penjagaan dari musuh-musuh pada waktu dari sebrang lautan.Pada suatu ketika Pemerintahan Desa Besi Mejajar diserang oleh perusuh dengan jumblah yang cukup banyak dari sebrang lautan .,yang juga bertepatan dengan banjir (air bah) pada pada sebelah timur pusat pemerintahan yaitu di daerah Yeh Buah yang sekarang yang sekarang berasal dari kata Yeh Wah (banjir).Untuk menyelamatkan pucuk pimpinan (raja) maka atas kesepakatan pusat pemerintahan di pindahkan keselatan,karena tempat pusat kerajaan amat mudah di serang oleh para musuh-musuh dari sebrang dan juga tempat tersebut merupakan tempat muara pangkung pembuangan air yang sangat besar dari atas Desa Bila ,Bengkala,dan Tamblang. Dan semua pemerintahan itu bernama bernama Desa Bulian yang berarti abulih (satu).Kejadian-Kejadian pada saat pemindahan pusat kerajaan dalam keadaan darurat dan masih sampai sekarang tetap ada.Apabila warga Desa Bulian yang tembus ke Yeh Buah sebelah barat Pura Penyusuhan yang berasal dari kata banyu suan (pembersihan,petirtaan dan sampai sekarang warga dea Kubutambahan mepeningan ngiring Ida Bhatara ke pura penyusuhan tersebut ) Pada suatu ketika keadaan sudah mulai pulih kembali dari segala ancaman,maka datanglah lagi ancaman lain yaitu ancaman dari seorang yang bewujud Raksasa yang sangat besar mengangu penduduk Dsa Majajar semua kekuatan dan cara lain telah dikerahkan untuk melawan raksasa tersebut .Pada suatu ketika pada saat keadan semakin genting datanglah utusan dari kerajaan Gelgel Kelungkung yang hendak mencari daerah pertanian baru di daerah Den Bukit.Adapun nama utusan tersebut benama Ki Gusti TAmbahan bersedia membantu yang sangat gawat tersebut Ki Gusti Tambahan bersedia membantu melenyapkan raksasa tersebut dengan syarat jika berhasil diberikan tanah untuk dibuka untuk tanah pertanian.Setelah persyratantersebut disepakati maka pemuka-pemuka pemerintahan yaitu Ki Pasek Menyali,Ki Pasek Bebetin dan KiPasek Bayan,maka Ki Gusti Ngurah Tambahan memohon doa restu dan petunjuk dari Ki Dukuh Bulian dan di beri keris yang bernama KI Baan Kawu oleh Ki Gusti Ngurah Tambahan berhasil membinasakan raksasa tersebut tetapi dengan diiringi pesan oleh raksasa tersebut,yang juga disangupi oleh Ki Gusti Ngurah Tambahan yang berhail hal-hal sebagai berikut :

  1. Bahwa ia dapat binasa jika di bunuh dengan keris Ki Baan KAwu oleh Ki Gusti Tambahan
  2. Agar setelah raksasa tersebut mati agar sanggup Ki Gusti Ngurah Tambahan  menjaga dua buah keris yang bernama Ki Baru Sembah dan Ki Baru Ular yang bermanfaat sebagai penolak bala
  3. Agar I Gusti Ngurah Tambahan sanggup menjadi penguasa di sebelah utara Desa Bulian ,dan tidak kembali ke gelgel,karena karena hal ini sudah menjadi hak dari Ki Gusti Ngurah Tambahan menetap di sini.

Setelah semua pesan itu di sanggupi oleh Ki Gusti Ngurah Tambahan maka matilah raksasa tersebut. Dan pucak pimpinan di Bulian beserta para kerabatnya yaitu kKi Pasek Menyali,Ki Pasek Bebetin,KI Pasek Bayan sepakat untuk memberikan tanah untuk di buka oleh Ki Gusti Ngurah Tambahan yaitu :

  1. Daerah Tukad aya (daya) sampai pinggir timur Desa Sangsit
  2. Daerah alas Agung (alas arum) Bungkulan dan sekitarnya

Maka Ki Gusti Ngurah Tambahan beserta pengikutnya membuat pondok (kubu) untuk tempat istiraat dan menyimpan alat-alat yang dipakai oleh oleh para pengikutnya untuk membuka lahan tersebut,dantempat tersebut dinamakan Kubu Ki Gusti Ngurah Tambahan,yang lama-kelamaan dengan adanya kemajuan jaman maka di ubah menjadi Kubutambahan sampai saat ini.

Demikian secara singkat kami jelaskan tentang sejarah DEsa Kubutambahan berdasarkan piteket para leluhur yang masih sangat jauh kebenarannya  berdasarkan prasasti yang sampai sekarang belum dapat kami salin.